Kamis, 30 Oktober 2008

JALAN LAIN YANG HARUS KAU TEMPUH

Jalan lain adalah bagaimana kelak kita mau menempuh sebuah alternatif berbeda…. .
Banyak dari kita yang enggan menempuh jalan lain karena dianggap sebuah pekerjaan yang sia-sia belaka. Padahal kesia-siaan tersebut hanyalah sebuah wujud dari rasa takut mereka terhadap kacaunya persepsi dan skala prioritas yang mereka miliki……..

Namun coba bayangkan manakala tidak ada jalan lain di kehidupan kita yang fana ini…? Dapatkah kita bayangkan, betapa membosankannya apabila setiap hari kita hanya menempuh jalan yang itu-itu saja !

Untuk itu berterima kasihlah kita kepada para petualang yang tak pernah lelah mencari jalan. Mereka berjalan tanpa kenal pamrih, tanpa inginkan sesuatu yang selalu diinginkan oleh para pencari jalan lainnya. Apakah yang dimaksud dengan kalimat tersebut ? Makna tersiratnya adalah, para pencari jalan lainnya senantiasa hanya memikirkan sebuah tujuan akhir, selalu berpikir apakah mereka dapat menemukan jalan lain yang lebih baik dan indah.

Tidak…sekali lagi tidak…! bagi para petualang sejati adalah sebuah pantangan manakala mereka hanya berpikir tentang tujuan akhir dari sebuah perjalanan. Apa yang kelak akan mereka dapati sebagai sebuah tujuan akhir hanyalah merupakan sebuah proses panjang yang terkadang melelahkan dan menjemukan. Hanya para petualang sejatilah yang dapat memaknai setiap detik dari ribuan kilometer yang ditempuhnya.

Lantas, perlukah kita untuk menjadi seorang petualang sejati ditengah kehidupan yang serba munafik, serba dualisme dan begitu banyaknya pengecut-pengecut sejati ?

Yes, absolutely ! Paling tidak kita menjadi petualang untuk menemukan jalan bagi diri dan keluarga kita terlebih dahulu…Qu anfusakum wa ahlikum narroo demikian sinyal atau tanda dari Tuhan kepada kita semua !

Jangan sampai kita hanya menjadi orang-orang buta yang tersesat, orang-orang yang tak memahami sinyal dan tanda dari Tuhannya. Untuk itulah mengapa kita harus menjadi seorang petualang sejati, hingga kita tetap melangkah meskipun hujan badai menerpa, kilat menyambar menyilaukan pandangan, kokoh meskipun ombak menghadang, dan jadilah kita seorang pejuang yang berjuang demi tegaknya sebuah tonggak dan prasasti kebenaran di akhir hidup kita….

Mari, kita beranikan diri untuk melangkah dan berjalan. Meskipun belum mampu sebagai sang petualang apalagi sang pejuang, paling tidak kita sudah memiliki niat dan tekad yang pastinya nanti wajib kita wujudkan, Amiin Allohumma Amiin…


Wallohu ‘alam bi showab….

al faqir
Abi Fakhri Habibbul Haq
14/05/08

0 komentar:

Posting Komentar