Jumat, 24 Oktober 2008

CATATAN DARI SANTA MONICA


Tanggal 10 Agustus 2008, pukul 07.30 WIB…
Di hari minggu pagi yang cerah, saya bersama tim Tour Leader dari Senopati Buana Sakti mengadakan Plantation Walk. Saat itu kami mengawal para tamu dari karyawan BII divisi Consumer Collector. Acara ini adalah bagian dari rangkaian acara Fun outbond games yang telah disusun oleh tim senopati dan panitia dari BII.
Awalnya saya mengira acara ini hanyalah jalan-jalan biasa, karena saya tidak mengikuti briefing awal dimana saat itu seluruh mata rantai acara dikupas hingga sedetil-detilnya. Ternyata acara jalan-jalan ini ”tidak biasa”, dan bukan hanya saya tapi ternyata seluruh peserta yang ikut juga mengira demikian.
Saya terkejut begitu melihat medan yang ada. Begitu turun dari area Santa Monica Resort, cikretek, saya hanya menemukan jalan setapak yang dipenuhi oleh rimbunan semak belukar. Disebelah kanan saya ada tebing yang cukup tinggi, sementara disebelah kiri ada jurang yang terlihat curam. Saat itu terlintas dibenak saya sebuah pertanyaan, ”apa ini jalan yang benar ?”
Saya akhirnya menggunakan Handy Talky untuk menghubungi Erni, Tour Leader lain yang sudah lebih dulu mengawal beberapa orang. Saya tertinggal dengan kelompoknya kira-kira 15-20 menit. Saya bertanya kepadanya dimana posisi dia dan meyakinkan bahwa ini adalah jalan yang benar. Karena saat itu pemandu kami hanyalah bocah-bocah kampung yang sedang bermain di area Resort. Apalagi setelah tiga orang yang saya kawal juga ragu apa ini jalan yang benar.
Dan akhirnya Erni menjawab panggilan saya, dia bilang bahwa jalan yang saya lalui adalah benar. Setelah itu mantaplah kami berjalan lurus kedepan, karena memang tidak ada jalan lain disana. Hingga kemudian kami berhasil merapat ke rombongan pertama. Mereka terhenti, rupanya medan yang kami hadapi bertambah berat.
Para lelaki saling bahu-membahu menolong kaum hawa yang mulai ketakutan melihat jalan yang terjal. Satu persatu langkah mereka teratur melewati bebatuan dan tanah yang becek akibat rembesan air sungai. Tanah yang becek itu terlihat begitu rawan karena menurun curam dan licin. Beberapa orang sempat terpeleset, sehingga membuat kawan-kawan yang berada dibelakangnya kian berhati-hati melangkah.
Jarak yang sebenarnya tidak seberapa jauh, jadi terasa mencekam dan melelahkan. Apalagi tiba-tiba hujan rintik-rintik mulai turun, membuat sebagian besar peserta kian panik, termasuk saya. Saya menghubungi posko memohon agar segera dikirim kendaraan untuk evakuasi dan mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Alhamdulillah, gerimis pun berlalu sehingga kami dapat melanjutkan perjalanan dengan tenang. Meski saya yakin, hati kami saat itu berkata was-was dan bermohon penuh harap agar jangan turun hujan hingga kami sampai ditujuan.
Akhirnya, kami tiba disebuah pabrik minuman air mineral...
Para peserta menyangka itu adalah akhir derita. Karena memang disekitar pabrik hingga radius beberapa kilometer sesudahnya adalah jalan yang sudah beraspal halus. Beberapa dari mereka melakukan jogging, sebagian lagi asyik berfoto di pabrik dengan tawa canda yang begitu lepas.
Saya yang memang tidak mengikuti brifing dan tidak mengetahui rute sesungguhnya lebih bersikap waspada, saya tidak mau kalau ternyata jalan setelah ini lebih berbahaya dari yang baru saja kita lalui. Dan ternyata benar, ketika saya tanya ke salah seorang pemandu dari Resort, ternyata masih ada jalan yang mendaki dan hanya itulah satu-satunya rute yang terdekat.
Saya pun berjalan ke lokasi yang disebutkan oleh pemandu, dan ternyata benar. Meski sudah diberikan pijakan berupa tangga dari bambu yang tersusun, tetap saja jalan tersebut ”mendaki lagi sukar”. Hampir seluruh peserta tertegun begitu menyaksikan kenyataan bahwa mereka masih harus mendaki lagi. Ada beberapa orang yang menyerah, namun setelah diberi pengertian bahwa ini adalah rute tersingkat akhirnya mereka pun ”setuju” untuk menempuh jalan itu.
Dan pada akhirnya, kami semua sukses sampai kembali ke Resort meski dengan susah payah dan sepatu serta pakaian yang sedikit belepotan tanah basah.

Hikmah yang dapat dipetik

Perjalanan Plantation Walk itu buat saya begitu berkesan, bukan karena Erni sang idola para peserta yang selalu minta saya tuntun lho...Tapi saya benar-benar puas dan beryukur serta tak ada henti-hentinya bertasbih menyaksikan keindahan alam yang ada di hadapan saya.
Di keseharian saya hanya menyaksikan rutinitas dan pemandangan metropolitan yang menyesakkan dada. Asap kendaraan yang mengepul mengumbar polusi. Dan berhadapan dengan orang-orang yang beraneka ragam karakter, yang terkadang terjadi silang pendapat bahkan sampai berdebat saling mempertahankan ego masing-masing.
Saat itu seketika seluruh kepenatan fisik dan jiwa saya seolah sirna, lenyap tak berbekas. Letih tubuh karena harus melayani tamu sebaik mungkin seolah terbayar lunas karena hanyut dalam suasana yang sangat menggugah sisi spritual dalam diri saya, Subhanalloh...Walhamdulillah...Wa laa ilaha illallohu...wallohu akbar...
Saya tidak tahu persis apa yang mereka rasakan saat itu, tapi buat saya...its very exciting experience...sebuah pengalaman yang begitu menakjubkan....
Saya melihat ada beberapa hikmah yang dapat kita aplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari.
1. Leadership
Di dalam perjalanan yang begitu melelahkan dan begitu mencekam buat sebagian orang, dibutuhkan orang-orang yang memiliki jiwa kepemimpinan. Disaat orang-orang disekitar kita kehilangan rasa percaya diri menghadapi medan yang tidak dapat diprediksi, harus ada yang tampil sebagai seorang pemimpin yang bijak. Seorang pemimpin bukanlah sekedar seorang pimpinan yang hanya bisa memberi perintah, menuntut hak, menegur bahkan menghukum, namun tidak pernah memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi bawahan. Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang memiliki jiwa melayani setulus hati. Manakala disaat sulit ada orang yang siap melayani sepenuh hati tanpa pamrih, itulah pertanda munculnya karakter kepemimpinan sejati. Di dalam ketiga rombongan yang kami kawal, saya melihat ada sebuah mutiara yang terpendam. Sebuah mutiara hitam, meskipun fisik berwarna hitam namun ternyata ia tetap dapat mengeluarkan cahaya cemerlang bagi sekitarnya.

2. Teamwork

Meskipun disuatu keadaan telah hadir orang-orang yang berkarakter pemimpin sejati, maka itu akan sia-sia manakala tidak ada kerjasama tim yang solid.
Di dalam sebuah keadaan yang sulit dan tidak terprediksikan dibutuhkan kejelian seorang pemimpin untuk membentuk sebuah teamwork yang solid.
Teamwork yang solid dapat terwujud manakala sesama tim sudah saling menyadari bahwa mereka harus berjalan bersama, beriringan untuk meraih suatu tujuan, apapun itu yang menjadi tujuan.
Kinerja sebuah team dikatakan baik, manakala semua orang yang berada di dalamnya mengerti betul mau dibawa kemana arah organisasi kelak. Tidak ada yang ingin saling menonjolkan diri, seperti jantung, meski orang tidak melihat bentuknya, tapi orang paham bahwa tubuh dapat hidup karena ada jantung yang terus berdetak.

3. Semangat Juang

Di dalam sebuah tim yang solid, agar dapat tercapai sebuah tujuan. Dibutuhkan orang-orang yang bersemangat juang tinggi. Manakala tidak semua mempunyai semangat juang yang tinggi, tidaklah menjadi soal.
Dalam sebuah ”ilmu matematika Qur’an” cukup satu orang yang mempunyai semangat juang tinggi diantara sepuluh orang lainnya. Dengan kata lain perbandingan 1 : 10 adalah sesuatu yang logis menurut Allah SWT.
Satu orang itu yang bertugas menjadi motivator bagi rekan-rekan lainnya. Memang idealnya setiap individu memiliki motivasi yang kuat, namun kita tidak boleh memungkiri kondisi mental dan wawasan seseorang yang pasti memiliki per bedaan. Ya jadi yang dimaksud dengan semangat juang disini adalah motivasi yang kuat dan terus menerus menyala sehingga dapat menerangi sekitarnya.
Dan yang saya salut, meskipun secara fisik hampir seluruh peserta diserang kelelahan, namun mereka tetap memiliki semangat juang yang tinggi. Itulah sebenarnya yang mengantar mereka selamat dan sukses sampai di tujuan.

4. Komunikasi

Komunikasi adalah faktor kunci dari kesuksesan sebuah organisasi. Betapa pun hebatnya seorang pemimpin namun ia tidak bisa berkomunikasi, maka tunggu saja hancurnya organisasi itu dengan segera.
Komunikasi bukannya ngerumpi[1] alias ngobrol ngalor-ngidul[2]. Tapi komunikasi yang dilakukan adalah pembicaraan dua arah yang efektif, tepat guna dan tepat sasaran, tidak perlu mengumbar kata dan makna, straight to the point.
Namun memang adakalanya dalam kondisi tertentu seorang pemimpin harus menyediakan waktu khusus untuk mendengar kritik, saran, bahkan keluh kesah bawahannya. Karena tanpa kenyamanan jiwa kita tidak akan mampu mengerjakan tugas atau memecahkan masalah sesimpel apapun itu.
Untuk itu, sekali lagi, komunikasikan keinginan anda, komunikasikan keinginan organisasi sehingga dapat bersama-bersama mencapai tujuan. Kelelahan, jenuh, dan rasa enggan adalah wajar, namun bukan sesuatu yang harus didiamkan, sehingga efektifitas komunikasilah yang dapat menyelesaikan hal itu.

5. Permasalahan hidup

Dalam perjalanan Plantation Walk tersebut kita dapat mengambil sebuah ibroh atau pelajaran di dalam kehidupan kita sehari-hari.
Ketika ada rombongan yang tertinggal dan mereka butuh penunjuk jalan, saya sebagai tour leader harus segera menyambut kesulitan mereka. Di dalam kehidupan nyata saya merasa, masih sedikit sekali orang yang peduli kepada sesama. Ada orang yang butuh petunjuk, tersesat dan kehilangan arah, namun kita yang mengetahui hal itu malah asyik sendiri, dan pura-pura cuek.
Akibatnya, orang yang tersesat makin jauh tersesat. Mereka tidak dapat menemukan lagi jalan yang benar. Yang mereka tahu hanya jalan itu, meski harus masuk jurang, buat mereka itu adalah jalan yang terbaik. Ironis bukan ?
Lalu, ketika kami melewati jalan setapak dengan berdinding tebing dan berlantai jurang, saya berpikir, itulah hidup kita kini. Dalam kondisi negara yang sedemikian sulit, disaat kanan-kiri kita tidak menemukan sebuah jalan, hanya satulah jawabannya yaitu maju lurus kedepan mengikuti jalan setapak yang sudah ada. Jangan berpikir tentang kesulitan yang akan kita hadapi, apalagi sampai berputus asa dan mundur kebelakang. Meskipun kita tahu dengan maju banyak resiko yang akan kita jumpai, namun itulah jalan yang harus kita tempuh. Mundur atau berbalik kebelakang hanyalah berakibat kita tidak dapat merasakan indahnya perjalanan.
Di tengah perjalanan panjang dan terasa melelahkan itu kita jumpai medan nan tak bersahabat, kontur tanah miring dan licin. Tanah licin tadi dapat membuat kita terpeleset jatuh sehingga membuat langkah jadi harus lebih berhati-hati. Terkadang meski kita sudah merasa berhati-hati, tetap saja ada yang terpeleset jatuh...Itulah hidup wahai saudaraku... Hidup ini terasa panjang dan melelahkan manakala kita tidak tahu arah tujuan hidup kita. Semakin kita berspekulasi tentang sebuah tujuan hidup, semakin besar pula potensi kita untuk tersesat atau bahkan disesatkan orang. Manakala kita sudah semakin jauh tersesat dan kita menyadarinya, maka kita akan enggan untuk kembali ke arah yang benar, kemudian kita pun berada dalam keraguan. Kita sadar telah terpeleset, itu bagus ! tapi jangan sampai kita jatuh terperosok ke jurang maksiat yang dalam dan tak memiliki dasar !
Setelah melewati perjalanan yang panjang dan berliku, melewati sungai, tanah-tanah yang landai dan licin pasti kita akan menemukan tanah datar dimana kita bisa beristirahat sejenak. Namun kita harus ingat, bahwa lahan datar dan terasa damai tentram itu hanyalah sebuah peristirahatan sementara. Tujuan perjalanan yang sesungguhnya belumlah selesai !
Lantas apa yang terjadi ? ternyata banyak diantara kita yang terlena, berasyik-masyuk sesama rekan, terkagum-kagum dengan kondisi alam sekitar, bahkan ada yang dengan sengaja menghambur-hamburkan uang, waktu dan tenaga.
Kita lupa bahwa hidup ini adalah sebuah persinggahan, sedangkan tujuan akhir kita adalah akhirat dimana dahulu kita pun berasal darinya. Kita terlalu asyik menikmati dunia, bekerja sepanjang hari mencari uang dan kemudian menghambur-hamburkannya, lupa dengan tujuan hidup yaitu menjadi budak Allah SWT. Dan kita pun benar-benar lupa akan semua perintah agama yang notabenenya adalah perintah Allah, sang majikan kita.
Manakala kita kembalikan ke dalam analogi perjalanan Santa Monica ini, akankah kita sampai pada tujuan kita ? Apakah kita termasuk orang-orang sukses, atau orang-orang yang selamat ?
Kita semua akan terkejut manakala perjalanan ini dilanjutkan, seperti ketika saya di santa monica, mereka semua terkejut, karena ternyata untuk sampai ke tujuan mereka harus melewati jalan yang mendaki lagi sukar.
Begitu pun kenyataan hidup. Kita merasa bahwa setelah hidup kita mati, dan setelah mati semuanya selesai. Tidak, sekali lagi tidak ! Justru mati itu adalah sebuah awal bagi segala perhitungan kita hidup di dunia. Apa yang kita tanam, di alam kubur kita sudah mulai memetik hasilnya.
Wahai saudaraku, sadarlah bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh lika-liku dan beraneka ragam ujian. Hanya orang-orang yang memahami pedoman (Al Qur’an) lah yang akan benar-benar selamat, dapat merasakan indahnya hidup di dunia dan di akhirat.
Nikmatilah hidupmu setelah engkau mempersiapkan matimu !

Demikian majelis pembaca yang tercinta, semoga pembahasan yang panjang lebar tadi dapat bermanfaat dan dapat menjadi sebuah renungan bagi kita semua. Dan semoga Allah SWT mengampuni kita semua dan senantiasa memberikan taufiq, hidayah, serta inayahnya kepada kita semua, Amiin.....
SELAMAT PAGI !


14 Agustus 2008
Al faqir
Abi Fakhri Habbibul Haq

[1] Bergunjing, gosip
[2] Bicara tak jelas arah

0 komentar:

Posting Komentar