Senin, 04 Mei 2009

WAHAI ORANG YANG BERSELIMUT !

Sahabat...terkadang kita tidak sadar sedang menutupi diri dengan selimut yang begitu tebal. Sehingga kita terkukung, dan menjadi pribadi yang tidak comfortable. Ketidaknyamanan itu pertama kali tentunya akan menyerang diri sendiri, karena masing-masing pribadilah yang menjalani itu semua.
Dari adanya ketidaknyamanan pribadi tersebut barulah kemudian akan menjangkiti orang disekitar kita. Terjangkit bukan berarti mereka akan melakukan hal yang sama dengan kita, namun orang akan melihat adanya perubahan dalam diri kita. Orang akan merasakan kita sebagai pribadi yang tertutup, atau sebagai pribadi yang tidak menarik. Pada akhirnya kita akan semakin merasa terkucil dikarenakan ke engganan orang untuk berinteraksi dengan kita.
Bentuk selimut diri itu bermacam-macam ada yang berupa egoisme, keangkuhan, keterpurukkan nasib, kemalasan, ketakutan, nafsu syahwat, dan lain sebagainya.
Selimut-selimut diri semacam inilah yang harus kita lipat dan buang jauh-jauh. Pada hakikatnya selimut adalah sebuah benda yang berguna untuk menutupi diri, tapi kondisi itu biasanya hanya bersifat temporer. Begitupun kita dalam menghadapi selimut diri semacam itu, mungkin memang hal-hal seperti itu akan menimpa kita. Namun yang menjadi tidak baik adalah manakala hal ini dipertahankan untuk menjadi permanen.
Jadi, kenalilah selimut-selimut diri yang dapat mengukung kebebasan kita selaku hamba Allah. Dan manakala kita merasa sudah terselimuti, maka bebaskan segera diri kita agar jangan sampai selimut itu menyelimuti terlalu lama.
Kemudian bangkit dan beri peringatan, terutama kepada diri sendiri dan untuk orang lain. Peringatan untuk diri sendiri bisa berupa kewaspadaan dan pengenalan terhadap aneka selimut diri yang pernah menyelimuti dan kemudian diteruskan dengan sebuah langkah untuk mengantisipasi manakala akan terjadi lagi "penyelimutan diri". Peringatan untuk orang lain adalah sebuah bentuk sosialisasi kita tentang aneka selimut diri tadi, dan menyampaikan langkah kongkrit agar orang tidak menjadi individu yang gemar berselimut.
Dan besarkanlah Allah SWT selalu ! tanpa kita libatkan kehadiran DIA, maka kesemuanya hanyalah sebuah perbuatan yang sia-sia saja. Karena potensi dan kecenderungan setiap manusia adalah senantiasa condong ke arah kesesatan. Jadi hadirkan DIA di dalam setiap hembusan nafas dan derap langkah kita selanjutnya hingga pada akhirnya kita menjadi pribadi-pribadi paripurna yang tanggap, tanggon dan trengginas........

Sabtu, 18 April 2009

BERGANTUNGLAH KEPADA ALLAH (2)

Menyambung tulisan singkat sebelum ini, saya kembali coba mengurai sebuah pembahasan tentang keharusan kita bergantung kepada Allah SWT. Mengapa kita harus bergantung sepenuh hati kepada-Nya, dan bagaimana caranya.
Hal demikian terjadi dan sangat ingin saya kemukakan adalah karena ini terjadi di dalam kehidupan pribadi saya. Tepatnya ketika mengelola bisnis warung makan yang saya dirikan bersama istri yang dibantu oleh kedua orang tua kami beserta saudara-saudara dari pihak istri.
Sebuah fenomena yang sebelumnya sudah saya dengar, namun kini benar-benar saya rasakan secara langsung.
Sebelum ini saya pernah dengar bahwa kalau mau berdagang,khususnya warung makanan (nasi) harus punya "penglaris" atau "pemakai". Tanpa itu katanya kita tidak akan pernah bisa maju. Rupanya, saya "terpaksa" harus mengiyakan hal tersebut. Mengapa? semua hal yang pernah saya dengar ternyata benar-benar terjadi ! Tiga hari setelah saya buka, saya mencapai pendapatan yang tertinggi, dan besoknya selama tiga hari nasi kami basi tanpa sebab yang jelas. Padahal kualitas beras yang kami gunakan adalah kualitas yang baik, artinya beras asli yang bukan oplosan ! Dan setelahnya berturut-turut ada lalat dan serangan kecoa yang jumlahnya bs ratusan. Dan setelah itu warung kami sepi pengunjung. Ada orang yang berkomentar bahwa warung kami terasa gelap dan tidak nyaman. Semua orang jalan seolah-olah tidak melihat keberadaan warung kami.
Satu persatu personil kondisinya melemah, dimulai dari saya yang demam selama beberapa hari dan seterusnya. Mulai dari situlah kebimbangan merasuki diri saya. Beberapa orang menyarankan agar saya meng-counter mereka dengan menggunakan "penglaris" juga. Alhamdulillah, Allah memberikan hidayah-Nya. Saya meningkatkan ibadah shalat malam, dan disitu saya mendapatkan sesuatu. Ya..saya diberikan sebuah keyakinan bahwa semua itu adalah "bullshit" omong kosong !
Dari sana saya melihat bahwa kalau kita mau menggantungkan nasib, dan percaya sepenuh hati kepada kekuasaan Allah, maka dunia pun akan mengikuti kita. pahamilah sepenuh hati surat Al Ikhlash. Disitulah kunci buat kita meuwudkan impian di dunia tanpa harus berbuat syirik...wallahu 'alam...

Senin, 02 Maret 2009

BERGANTUNGLAH KEPADA ALLAH

Semalam saya berbincang dengan seorang teman yang intinya adalah menyatakan bahwa ternyata kini masyarakat kita tengah dilanda "penyakit" Wahn...apakah penyakit Wahn itu..?
Dalam sebuah riwayat Rasullullah bersabda bahwa kelak umatku akan diperebutkan seperti sebuah makanan yang disajikan namun disekitarnya dikelilingi oleh anjing. Kemudian salah seorang sahabat bertanya,"mengapa hal demikian sampai terjadi ya Rasul? apakah karena jumlah kita yang sedikit?" Kemudian Rasulullah menjawab,"tidak. Justru ketika itu umat islam bertambah banyak." Dan sahabat pun bertanya kembali,"lalu apa yang terjadi dengan mereka ?" Rasul menjawab, "mereka semua terkena penyakit wahn.." Dan sahabat kembali bertanya,"apakah yang dimaksud penyakit wahn itu ya rasulullah?" Rasul menjawab,"wahn adalah penyakit cinta dunia dan takut mati..."
Shodaqurrasul yaa karim...Rasulullah telah berkata benar dan tepat. Lihatlah kondisi umat islam sekarang. Kita memang mungkin berada di tengah,sebagai center of interest. Tapi lihat pulalah betapa banyak orang yang mengelilingi ingin menghancurkan islam..!
Dan sebenarnya yang paling berbahaya sebenarnya bukanlah musuh yang datang dari luar islam, melainkan adalah musuh yang ada didalam tubuh umat islam sendirilah yang harus kita waspadai.
Agar kita tidak dihancurkan sebenarnya ada satu jalan. Apakah itu ?
Iqra yaa ayuhal muslimun...bacalah wahai orang-orang islam...bacalah Al Qur'an mu, bacalah kondisi alam dan jaman ini.
Dan mungkin kita akan menjawab seperti yang dahulu Muhammad alami, yaitu..maa ana bi Qari..saya tidak dapat membaca. Apa yang harus kita baca...?
Maka kini kita ikuti sunnah Rasul tersebut...(jangan cuma sunnah Rasul yang tiap malam jumat saja yang kita jalani).
Sebagai bahan bacaan untuk kita semua adalah bahwa selain penyakit wahn tadi ternyata umat sekarang sudah sedemikian bobroknya. Mereka lebih percaya kepada selain Allah. Kini telah terjadi "penyembahan-penyembahan" kepada selain Allah....
to be continued..

Senin, 12 Januari 2009

"TUNJUKKAN DIMANA LETAK PASAR..!"

Era krisis global melanda dunia...kondisi pasar dunia bergejolak. Dan kini bangsa kita terkena imbas dari itu semua, pabrik-pabrik dan kantor-kantor mulai mengefesiensikan diri mengambil ancang-ancang untung melakukan pengurangan pegawai.
Mengerikan ! jutaan orang di prediksi bakal menjadi pengangguran dimana hal tersebut akan menimbulkan kemiskinan baru. Negara kita yang sedang menata ini, seakan bersiap untuk menghadapi keterpurukkan yang teramat buruk. Lantas apa sikap kita menghadapi semua itu ?
Saya jadi teringat kisah shiroh Nabawiyah, atau kisah perjalananan Nabi Muhammad SAW.....
Ketika itu Nabi dan para pengikutnya baru saja eksodus/hijrah ke kota yastrib atau yang kemudian kita kenal sebagai kota Madinah Al Munawaroh. Tahun itu adalah tahun yang pahit untuk kaum muslimin, mereka dalam kondisi yang teramat sulit. Para sahabat yang loyal kepada nabi dengan gagah perkasa begitu berani mengeluarkan sebagian bahkan seluruh hartanya sebagai dana perjuangan. Nabi dan para sahabat serta kaum muslimin mendapat tekanan demi tekanan yang tiada terkirakan, bahkan sempat mengalami embargo ekonomi yang dilakukan oleh kaum kaum musyrikin Mekkah.
Para sahabat Khulafaur Rasyidin telah menyumbangkan harta mereka dengan ke ikhlasan dan kemudian di ikuti oleh salah seorang sahabat yang tergolong konglomerat seperti Abdurrahman bin 'Auf. Dengan gagah perkasa ia menyumbangkan seluruh hartanya kepada perjuangan islam. Dan ketika itu Nabi serta para sahabat lainnya terkesima, dan nabi bertanya, "sisakan hartamu untuk dirimu dan keluargamu." Dan kemudian dengan gagah ia hanya menjawab, " Ya Rasulullah, tunjukkanlah padaku dimanakah arah pasar..."
Dan setelah beberapa waktu, Abdurrahman bin 'auf menunjukkan kepada Nabi dan kaum muslimin, ia berhasil kembali mengumpulkan harta dengan cara berdagang...subhanallah...
Lihatlah mental para sahabat radhiallahu anhum mereka tidak sedikitpun merasa berduka telah kehilangan harta benda yang bisa dibilang tidak sedikit. Dengan kelapangan jiwa, keberanian dan tentunya kreatif serta inovatif mereka kembali dapat menjadi orang kaya harta.
Dan kita...?
Kenapa kita harus terpuruk dan merasa begitu miskin hanya karena kita di PHK? Mengapa begitu kecil nyali ini untuk memulai sebuah usaha hanya karena takut tidak laku, atau bahkan takut bangkrut? Bagaimana bila kita berada di dalam kondisi seperti saat itu yang jelas-jelas dalam kondisi di embargo, dan datang ke sebuah kota yang sama sekali tidak mereka kenali medannya.
Belajarlah dari Abdurrahman bin Auf yang dengan gagahnya berkata minta ditunjukkan pasar, padahal kala itu ia tidak memiliki modal harta sedikitpun. Apa yang membuat beliau begitu tegar ? satu jawabannya....inna lilahi wa inna ilaihi raji'un...sesungguhnya yang datang dari Allah maka Allah lah tempat kembalinya..
Maksudnya, janganlah kita bermental miskin, karena pada hakikatnya memang kita tidak memiliki apapun...itulah ikhlas.
Namun ikhlas saja tidak cukup, karena the show must go on, untuk itulah perlu disertakan dengan tawakal..faa idza azamta faa tawakal 'ala allahu...bulatkan tekad dan berserahlah kepada Allah SWT....
Kebulatan tekad di dasari oleh keteguhan dan keyakinan bahwa Allah Maha Kaya dan Maha berkehendak..(jadi untuk apa kita ragu...?), jalani semua itu dan pasrah ke hadirat ilahi rabbi..Insya allah keberkahan menyertai kita...
Jadi selaku orang beriman, kita tidak boleh takut dengan banyaknya kompetitor di bidang bisnis, justru dengan itu kita harus yakin dan kreatif. Ingatlah bahwa rejeki seseorang itu tidak akan tertukar, Allah sudah mengaturnya sedemikian rupa....
Dan kini semua tergantung anda, sanggupkah anda berkata, "dimanakah pasar.." dan berani berjibaku di dalamnya tanpa keputus asaan dengan menyerahkan segala hasil hanya kepada Allah Azza Wa Jalla....
Wallahu 'alam bi showab...

Minggu, 04 Januari 2009

THE NEW SPRITUALITY

Baru saja saya melihat sebuah tayangan yang menyatakan bahwa kini banyak bermunculan aliran-aliran spritualitas yang baru. Fenomena apakah ini ? Apakah kehadiran agama-agama yang di akui dunia atau bahkan negara kita sudah kurang daya tariknya ?Mungkin jika kita amati sepintas jawabannya adalah iya ! Tapi benarkah?Di tengah kondisi dunia yang semakin semrawut, himpitan ekonomi, riuh rendah kampanye politik, hingga meletusnya neo kolonialisme yang diserukan oleh Amerika dan Israel yang notabene adalah zionis, benar-benar sebuah kondisi yang memuakkan dan cukup membuat stres....Dan sebagai seorang muslim saya memandang hal ini dengan sangat miris. Tragis dan merupakan sebuah ironi, bahwa kini umat manusia sudah kehilangan identitas kemanusiaannya yang terbungkus di dalam nilai-nilai keagamaan.Padahal kita, selaku muslim telah diyakinkan oleh Allah SWT dan Rasulnya Muhammad SAW bahwa islamlah yang paling pantas untuk menjadi solusi agama serta keyakinan yang ada di dunia ini, islamlah sebuah realitas yang paripurna (baca QS Al Maidah (5) : 3).Sebuah arogansi atau kesombongankah manakala kita berujar demikian ? tidak wahai saudaraku..manakala kita masih memandang islam sebagai sesuatu yang belum sempurna itu adalah sebuah kesalahan berpikir yang sangat fatal ! Al Qur'an terdiri dari 6236 ayat dimana masing-masing ayat mempunyai argumentasi yang tiada terbantahkan, bagaimana mungkin aturan seindah itu belum final? Marilah kita gunakan nurani, dan pandang dengan keikhlasan...insya Allah kita akan mengerti dan memahami bahwa semua aliran itu adalah sebuah bentuk kebodohan umat manusia. Sebuah neo jahiliyah...Namun dengan adanya sunatullah tersebut bukan berarti kita butuh seorang juru selamat kembali...kita cukup mempelajari dan memperdalam serta menggali isi kandungan Al Qur'an, maka semua jawaban realitas dunia akan kita temui...Sebagaimana Sayidina Abu Bakar As Sidiq yang pernah berujar ketika beliau dilantik sebagai khalifah pertama, bahwa "seandainya tali kekang untaku lepas niscaya akan aku temukan jawabannya di Al Qur'an" yang berarti Islam adalah dan Al Qur'an adalah sebuah rujukan shahih yang sudah final....Lantas mengapa kita masih mencari jawaban ? Bukankah jawaban setiap masalah manusia telah ada?Saudaraku...mari kini kita bersemboyan : Al islam ya'lu wa laa yu'la alaih...Islam itu tinggi dan tidak ada lagi yang lebih tinggi daripadanya....Wallahu 'alam bi shawab