Kamis, 30 Oktober 2008

INGIN BUANG HAJAT ? CARI TOILET SEGERA!

Pernahkah anda tiba-tiba saja ingin buang hajat ? baik itu hajat kecil maupun hajat besar ? Pasti pernah ! Karena itu adalah merupakan siklus pencernaan dari tubuh kita.
By the way-anyway-busway, anda mengerti bukan dengan apa yang saya maksud itu ? Ya, maksud buang hajat disini adalah buang air besar dan buang air kecil (tau juga dong apa yang saya maksud, kalau kurang mengerti silahkan saja tanya orang-orang disekitar anda, karena itu sudah merupakan terminologi yang paling sopan).
Lalu darimanakah asalnya istilah “buang hajat” tersebut ? Kalau diartikan kata “hajat” itu sendiri berasal dari terminologi bahasa Arab yang artinya kebutuhan. Namun apabila kata “hajat” tersebut diberi akhiran “an” maka artinya jadi berbeda lagi, yaitu acara pernikahan.
Akh, sudahlah mari kita lupakan arti dan definisi dari kata “hajat” tersebut. Yang penting kini kita sepakat bahwasannya buang hajat berarti menyalurkan kebutuhan atau buang air besar dan kecil.
Jadi, buang hajat pastilah merupakan sebuah aktifitas yang pasti pernah dilakukan oleh manusia normal. Lantas dimana letak permasalahannya ?
Baik, kini kita mulai serius !
Kalau saja anda sedang dalam kondisi “kebelet” bagaimana rasanya ? terutama kalau kita ingin buang air besar. Maaf, pasti anda semua amat sangat menginginkan untuk melampiaskannya dengan sesegera mungkin, pasti anda pun merasa sangat butuh untuk membuangnya sesegera mungkin.
Kalau saja ada orang yang ingin merintangi keinginan anda tersebut apa reaksi anda yang paling spontan ? Pasti anda akan melawan orang yang menghalangi anda tersebut. Betul ?
Manakala anda ada ditengah jalan dan sedang berada di dalam kendaraan yang berjalan, pasti anda ingin segera menghentikan laju kendaraan tersebut, Bahkan mungkin untuk beberapa gelintir orang, tempat tak jadi masalah. Betul ?
Dan masih banyak contoh lainnya. Intinya, anda akan melakukan apapun demi tercapainya maksud anda untuk membuang hajat. Kalau untuk membuang hajat saja anda sampai sebegitu “patriotik”nya, mengapa itu tidak anda lakukan dalam berbuat kebajikan.
Kenapa kita selalu menunda taubat hingga usia kita mulai senja, seperti sebuah ungkapan, “Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga”. Mengapa dalam menjalankan perintah Alloh kita masih berpikir seribu kali ?
Anda harusnya belajar dari hikmah yang terkandung disaat kita ingin buang hajat tersebut. Kita semua takut dan malu manakala kita sudah tidak sanggup lagi menahan, maka apa yang kita tahan itu akan keluar tanpa halangan.
Lalu mengapa kita tidak takut dan malu kepada Alloh dikala kita semua bermaksiat kepada-NYA ? Mengapa dengan arogannya kita merasa bahwa kita pasti bisa mencapai usia senja ? Jangankan usia senja, besok atau bahkan lima menit lagi kita mati, apa ada yang tahu dengan persis ?
Rasa sakit menahan buang hajat adalah rasa sakit yang ingin segera kita lenyapkan. Kita enggan menyimpan kotoran-kotoran itu lebih lama lagi, kita muak dan jijik bila membayangkan kotoran-kotoran itu berceceran dilantai dan di sela-sela kaki kita (maaf, sekali lagi maaf…).
Herannya, kita begitu betah menyimpan dosa-dosa akibat dari perbuatan maksiat kita ! Bahkan kita begitu bangga bila jauh dari Tuhan, dengan menganggap orang yang beriman sebagai orang-orang yang “jadul” alias orang-orang jaman dulu yang tidak “ngetrend” dan “beken”. (Sesungguhnya orang beriman adalah orang yang senantiasa Up To Date !)
Dosa adalah kotoran bathin dan yang kita bahas sedari tadi adalah kotoran zhohir alias fisik. Hakikatnya, keduanya adalah kotoran yang sangat tidak pantas bila masih kita simpan dan pertahankan, apalagi kita banggakan !
Untuk itu Yaa Ikhwanul Muslimin, Yaa Jama’atul Islamiyah wal Qiyadatul Islamiyah, apalagi orang-orang non muslim, ni’mat Tuhan mana lagi yang hendak engkau dustakan !
Bertaubatlah dengan sebenar-benarnya taubat selama pintu taubat belum tertutup untuk kita semua.................................................................................................
Wallohu ‘alam bi showab……

Al Faqir Abi Fakhri Habibbul Haq
Kamis, 22 Mei 2008

0 komentar:

Posting Komentar