Senin, 01 Desember 2008

MANAJEMEN KONFLIK ALA TUKANG BUBUR

Pernah dengar peribahasa nasi sudah menjadi bubur ? sebuah peribahasa yang sudah sedemikian populernya, sebuah peribahasa yang menggambarkan sebuah peristiwa atau kejadian yang sudah terlanjur...

Lalu apa istimewanya ? ketika kita ingin menyantap nasi disertai lauk pauk yang lezat, ternyata nasi yang kita masak terlalu banyak air, sehingga menjadi bubur. Bagi para penggemar nasi hal tersebut sangatlah mengecewakan tentunya.

Begitupun manakala kita mengalami sebuah kejadian, misalnya kita gagal mengantisipasi rencana kita, maka kekecewaan pun akan muncul. Dan biasanya keluarlah peribahasa yang "menghibur" tadi. "Yakh...apa lagi yang harus kita lakukan..nasi sudah jadi bubur..." ucap orang yang gagal dengan sedih.

Sehina itukah bubur? atau sebegitu hebatnyakah nasi? sehingga ketika nasi berubah bentuk seolah segalanya telah hancur...seolah semua harapan telah sirna..pupus bersama angin yang berhembus...?

No..no..no..tidak wahai saudaraku...!

Bubur dan nasi adalah dua hal yang berbeda..! kita tentu baru tersadar setelah kita mendengar istilah bubur ayam spesial..ya bubur ayam..
Saya rasa kita semua pernah menyantap makanan yang satu ini. Apakah makanan ini makanan basi yang tidak dapat disantap lagi ? ternyata tidak bukan ?

Entah siapa yang pertama kali melakukan inovasi super kreatif tersebut, yang pasti ia tukang bubur ayam. Dan kita berandai-andai bahwa terciptanya makanan luar biasa itu adalah karena sebuah "kecelakaan". mungkin...awalnya ia tukang nasi goreng..who knows ? lalu ketika ia menanak nasi tiba-tiba nasinya terlalu lembek. Apabila nasi terlalu lembek maka sangat tidak nikmatlah bila kita santap sebagai nasi goreng, dimana-mana nasi goreng yang enak boleh dibilang "pera". Nah, lalu akhirnya sang tukang bubur berpikir keras, selain tidak enak, manakala dipaksa maka nasi akan menempel di penggorengan.

"Eureka..!" (lho ini tukang bubur apa archimedes ya, hehe)...tiba-tiba si tukang bubur teriak dan tersenyum gembira, ia tidak meratapi nasi sebakulnya yang kelembekkan..karena biasa ia menjual dengan dua bakul, maka ia berspekulasi..

"Yo wis...mbokne...saiki kowe joki banyu wae segone..sego sing iki tak dadekne bubur...." (ya sudah istriku..sekarang kamu tambahkan air saja nasinya..nasi yang ini saya jadikan bubur)

Dan akhirnya hari itu tambahlah menu di warungnya. Nasi yang sudah jadi bubur itu ia tambahkan ayam, bawang goreng, seledri, kacang, cakwe, dan kecap asin. Hasilnya luar biasa...nikmat..dan pembeli tidak pernah tahu bahwa itu adalah hasil dari sebuah "kecelakaan kerja"

Hikmah apa yang bisa kita ambil ?

Manakala kita gagal..kegagalan itu bukanlah sebuah kebinasaan...tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Kegagalan dapat menjadi berkah manakala kita tidak menjadi lemah dan putus asa. Namun kegagalan pun dapat menjadi musibah manakala kita salah dalam menyikapi kegagalan tersebut. Kegagalan yang hakiki adalah manakala kita jatuh dan terpuruk tanpa pernah ada motivasi untuk bangkit lagi.

Seperti tukang bubur..manakala kita menghadapi masalah atau bahkan kegagalan jangan kita lari darinya..datang hadapi dan selesaikan ! bolehlah nasi sudah menjadi bubur, namun bukan berarti bubur tak dapat dinikmati dengan nikmat. Segera ambilah,ayam,seledri,bawang, kecap dll, jadikan bubur "sial" tadi menjadi bubur spesial.

Manakala masalah sudah datang menerpa sedemikian pahitnya...belajarlah menerima dengan lapang dada dan bertakwa serta bertawakal kepada Allah...nikmatilah kegagalan itu dengan merasakan tiap detilnya dengan cara evaluasi, kemudian susun langkah lagi dan jangan ada sedikitpun trauma.

Seperti Group Band Dewa 19 pernah berkata dalam lirik lagunya....hadapi dengan senyuman semua yang terjadi biar terjadi....

jangan takut karena takut hanya akan membuat anda tidak berani !

wallahu 'alam

Pancoran, hari ini....

0 komentar:

Posting Komentar